Minggu, 19 Januari 2014

Minggu, 12 Januari 2014 "Yesus dikasihi dan diperkenan Allah"


YESUS DIKASIHI DAN DIPERKENAN ALLAH 

MATIUS 3 : 13 - 17
Syalom dan Selamat hari Minggu!

          Kini kita tiba di Minggu 1 setelah Ephipanias. Ephipanias dari kata Yunani Ephiphania dengan arti : "penampakan" atau "manifestasi". Ephipanias adalah merupakan hari besar bagi gereja mula-mula yang dirayakan setiap tanggal 6 Januari. Ada dua peristiwa yang dirayakan pada peringatan ephinanias, yaitu kunjungan orang-orang Majus ke bayi Yesus, dan baptisan Yesus oleh Yohanes di sungai Jordan. Kunjungan orang-orang Majus itu berarti Kristus telah menampakan diri kepada orang-orang kafir (bukan Yahudi) dan baptisanNya berarti pelayananNya sudah dimulai.
        Nats  di atas ditetapkan untuk minggu pertama setelah Ephipanias hari ini. Matius menuturkan cerita tentang Yesus setahap demi setahap, memulai dengan menuturkan kelahiran Yesus di dunia ini. Selanjutnya ia menuturkan, meskipun secara tidak langsung, bahwa Yesus harus dengan setia menunaikan tugasNya di rumah keluarga, sebelum Yesus memulai tugasNya bagi dunia. Yesus masih harus menyatakan kesetiaanNya di dalam tugasNya yang kecil sebelum Allah memberikanNya tugas yang lebih besar di dalam dunia (Matius 25 : 21). 
            Munculnya Yohanes Pembabtis dan pada saat itu Yesus tahu, bahwa saatNya telah tiba bagiNya untuk menunaikan tugas yang lebih besar. Yesus menyamakan diriNya dengan manusia pada umumnya yang sedang mencari Tuhan, sekaligus menunjukan kenyataan tentang Yesus, yaitu bahwa Yesus adalah tokoh yang benar - benar dipilih oleh Allah (Yesaya 42 : 1), dan bahwa jalan kemenangan Yesus harus melalui kayu salib (hamba yang menderita) - Yesaya 53. Jika ada seorang yang mempunyai visi atau penglihatan akan sesuatu hal, maka persoalan yang segera dihadapinya ialah bagaimana merubah visi itu agar menjadi kenyataan. Orang tersebut harus berusaha menemukan jalan untuk merubah impiannya menjadi kenyataan. Persoalan seperti itulah yang juga yang dihadapi Yesus. Yesus telah datang untuk membimbing manusia kepada Allah. Bagaimanakah cara yang dilakukannNya? Apakah Ia harus memakai cara yang penuh kesabaran, pengorbanan, kasih? Kasih itulah yang di"nampakan" dalam peristiwa natal, kasih yang begitu besar (Yohanes 3 : 16) dan itulah yang diingatkan firman Tuhan melalui minggu Ephipanias hari ini, yaitu untuk menampakan, memanifestasikan Firman dan kasih Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, dalam keluarga, masyarakat dan gereja untuk memulai dan menjalani tahun yang baru ini. Tuhan Yesus memberkati, Amin.

ARP


*ARP = Pdt. Adian R. Pasaribu, aS.Th.




Sabtu, 11 Januari 2014

Inspeksi Data Time Series (SyncTSV)


           Inspeksi data time series sebagai tahap awal dari proses pengolahan data MT yang bertujuan untuk melihat kualitas dari data MT yang direkam. Proses ini dapat berfungsi sebagai filter awal untuk menentukan rentang waktu pengukuran yang menghasilkan data yang baik. Pada saat pengukuran kemungkinan ikut terekamnya noise sangat besar yang akan mengganggu sinyal MT. Noise yang ikut terekam bias berasal dari aktivitas manusia, saluran listrik (SUTET), atau pemancar gelombang radio, tv, telekomunikasi (BTS), dll. Keberadaan noise tersebut dapat diidentifikasi pada grafik data time series yang umumnya ditandai muncul dalam bentuk spike.


Gambar tampilan awal software SyncTSV (salah satu software dari Phoenix)


Menampilkan time series dari komponen Medan listrik (x,y) serta Medan Magnet (x,y, dan z)

Transformasi Fourier


            Dalam metode MT, data yang didapatkan dari proses akuisisi di lapangan berupa data time series dari komponen listrik Ex, Ey dan medan magnet Hx, Hy, dan Hz yang masih dalam domain waktu. Untuk proses pengolahan dan analisis data selanjutnya maka perlu untuk mengubah data time series tersebut ke dalam domain frekuensi dengan menggunakan transformasi Fourier. Transformasi Fourier adalah suatu proses matematika yang digunakan untuk mengubah suatu sinyal yang masih dalam domain waktu menjadi spectrum dengan domain frekuensi. (Keeler, 2002).

Transformasi Fourier 

          Transformasi Fourier dikembangkan berdasarkan ide yang dikemukakan oleh salah satu satu ilmuwan bernama Joseph Fourier yang menyatakan bahwa sembarang fungsi (fungsi matematika yang berbentuk gabungan dari busur-busur yang menyambung) akan dapat disusun dari fungsi-fungsi trigonometri seperti sinusoidal dan cosinusoidal.

              Misalkan sinyal masukan kita namakan s(t) dan spektrum sinyal kita notasikan sebagai (f), maka transformasi Fourier langsung (dari domain waktu menjadi domain frekuensi) adalah :


          
*Semua integral persamaan di atas,  batas atas (tak hingga) dan batas bawah ( minus tak hingga)

    Sehingga untuk mendefinisikan sinyal s(t) didomain frekuensi diperlukan spektrum amplitudo A(f) dan spektrum fasa วพ (f) (Baker, 1985).
 

Pengolahan Data MT (MAGNETOTELLURIK)


            Pengolahan data MT bertujuan untuk menyeleksi, meminimalisir noise, dan melakukan koreksi terhadap data lapangan sehingga didapatkan data dengan kualitas yang baik sebelum dilakukan proses inversi. Proses yang dilakukan dalam pengolahan data MT antara lain proses kalibrasi, transformasi fourier, robust statistical processing, seleksi cross power, dan koreksi static shift.


Gambar Alur Pengolahan Data MT

Seleksi Cross Power

       Cross power adalah kumpulan data parsial yang berupa pasangan nilai resistivitas dan fase yang memiliki frekuensi yang sama. Setiap cross power tersebut memiliki bobot yang berbeda-beda yang ditentukan pada saat robust processingProses seleksi cross power bertujuan untuk memilih dan memilah data yang paling sesuai dan menghasilkan trend kurva resistivitas dan fase yang smooth dan baik.


Gambar diatas adalah salah satu tampilan dari software MT-Editor

          Gambar diatas adalah salah satu tampilan dari software MT-Editor dimana diagram berwarna ungu (di bawah titik merah dan juga hijau) menunjukan bobot dari setiap sepasang titik merah dan hijau di atasnya (untuk sisi sebelah kiri), sisi sebelah kanannya merupakan data parsial dari sisi sebelah kiri. (MT-Editor adalah salah satu software dari Phoenix)


Kamis, 09 Januari 2014

Konsep Dasar Metode MT (Magnetotellurik)

            
            Metode magnetotellurik (MT) adalah salah satu metode geofisika yang sering digunakan dalam eksplorasi geothermal karena kemampuannya yang dapat menggambarkan struktur resistivitas batuan bawah permukaan. Metode ini termasuk dalam metode elektromagnetik pasif karena menggunakan variasi medan magnet bumi yang terjadi secara alami sebagai sumbernya. Variasi medan magnet ini dapat disebabkan karena beberapa faktor yang menghasilkan gelombang elektromagnetik yang kontinyu dengan rentang frekuensi yang cukup lebar antara10^4-10^-5 Hz.

     
(a) Solar wind

  
(b) Lightning 

Sumber : Daud, 2010 

        Sumber yang menyebabkan adanya variasi medan magnet bumi tersebut tergantung pada frekuensi gelombang elektromagnetik yang dihasilkan. Untuk frekuensi di atas 1 Hz bersumber dari lightning discharges di daerah equatorial bumi. Gelombang elektromagnetik yang dihasilkan pada saat terjadi lightning dikenal sebagai sferics. Sumber lain yang dapat menghasilkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi di bawah 1 Hz adalah interaksi antara lapisan magnetosphere bumi dengan solar wind. Ketika mengenai lapisan magnetosphere bumi, proton dan electron yang terkandung di dalam plasma solar wind dibelokan dengan arah yang saling berlawanan sehingga menghasilkan medan listrik. Variasi intensitas dan kecepatan dari solar wind ini menghasilkan gelombang elektromagnetik yang bervariasi terhadap waktu.



Gambar . Prinsip Metode MT (Unsworth, 2006)
[Sumber : Unsworth, Martyn, 2006, Electromagnetic and Potential Field Methods]
 
Konsep gelombang elektromagnetik yang mendasari metode MT ini adalah konsep persamaan Maxwell, khususnya dalam persamaan Hukum Ampere dan persamaan Hukum Faraday (Simpson, 2005).



            Persamaan (a) merupakan persamaan hukum Faraday sedangkan persamaan (b) merupakan persamaan hukum Ampere. Hukum Faraday (a) menjelaskan bagaimana induksi arus listrik yang disebabkan oleh medan magnet yang bervariasi terhadap waktu. Pada gambar (b) Transmitter Tx dialiri arus sehingga muncul medan magnet di sekitar kawat, kemudian arus tersebut secara periodik dinyala-matikan sehingga terjadi perubahan fluks magnetic. Akibat perubahan fluks magnetic tersebut maka muncul arus induksi pada ore body. Di bumi, variasi medan magnet primer yang terjadi menyebabkan batuan terinduksi sehingga muncul arus eddy atau disebut juga dengan arus telluric. Arus induksi yang bervariasi akan menghasilkan medan magnet sekunder seperti yang dijelaskan dalam hukum ampere (persamaan 2.2), dimana kuat medan magnet yang dihasilkan bergantung pada besarnya arus dan konduktivitas medium yang terinduksi. Perubahan medan magnet sekunder ini akan direkam oleh receiver Rx.
              Nilai medan yang terukur di permukaan mengandung informasi mengenai konduktivitas batuan bawah permukaan. Sehingga dengan mengukur medan listrik dan medan magnet secara bersamaan disuatu lokasi yang sama dan dengan menggunakan perbandingan dari nilai medan tersebut pada berbagai frekuensi, maka nilai konduktivitas batuan untuk setiap kedalaman pada daerah tersebut dapat ditentukan.




Koreksi Static Shift (MT)

Postingan pertama di tahun ini :D
hehehe

karena rencana skripsi mengenai metode Magnetotelluric (MT), jadi januari ini akan banyak postingan seputaran Metode Magnetoteluric baik di segala prosesnya, untuk postingan pertama akan membahas mengenai static shift.




          Static shift adalah salah satu gangguan yang berpotensi muncul pada metode geolistrik yang menggunakan elektroda. (Cumming dan Mackie, 2010). Dalam metode MT, static shift muncul dalam bentuk pergeseran kurva TE dan TM dari posisi yang sebenarnya dalam satu stasiun yang sama seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini :

Sumber : Resistivity Imaging of Geothermal Resources Using 1D, 2D and 3D MT Inversion and TDEM Static Shift Correction Illustrated by a Glass Mountain Case History, William Cumming and Randall Mackie

           Kurva MT yang baik akan menghasilkan kurva TE dan TM yang saling berhimpit karena kedua kurva tersebut menggambarkan nilai resistivitas batuan pada titik yang sama. Pergeseran ini mengakibatkan nilai apparent resistivity yang didapatkan menjadi tidak akurat dan salah sehingga akan berpengaruh pada penentuan resistivitas batuan yang sebenarnya. Selain itu kesalahan nilai apparent resistivity juga akan menyebabkan kesalahan dalam menentukan kedalaman penetrasi dari gelombang EM. Selain periode pengukuran, faktor lain yang mempengaruhi kedalaman penetrasi gelombang EM adalah resistivitas rata-rata batuan di daerah penelitian sesuai dengan persamaan skin depth gelombang EM.

sumber lainnya :
http://www.geothermal-energy.org/publications_and_services/conference_paper_database.html